Ibu Isrina yang mempromosikan Ikan Lempuk |
Isrina Khasanah (39), perempuan berjilbab ini sudah sekitar sepuluh tahun yang lalu, mempopulerkan ikan lempuk yang kini menjadi oleh-oleh khas pasuruan. Konon ikan yang hidup di air tawar ini hanya bisa ditemukan di ranu (danau) Grati, Kabupaten Pasuruan.
Ditemui di tokonya Nila Karya, yang berada di Jalan Pahawan Ranuklindungan Grati, Kabupaten Pasuruan, Isrina bercerita tentang awal mula ia merintis usahanya. Ia menuturkan, semula ia melihat ikan Lempuk yang dipasarkan di Pasar Grati belum diolah dengan maksimal.
Padahal, saat itu dirinya mengetahui bahwa ikan lempuk mempunyai nilai jual karena ikan tersebut hanya bisa ditemukan di Kecamatan Grati. "Biasanya hanya digoreng biasa, kalau enggak dipepes atau dipeyek saja," kata Isrina saat berbincang dengan Suryaonline, Jumat (3/5/2014) sore.
Akhirnya, ia mencoba melakukan eksperimen kecil-kecilan. Ia mencoba, agar lempuk bisa diolah menjadi kering, higienis, dan bisa tahan lama. Pasalnya, lempuk kering yang biasa dijual di pasar, hanya mampu bertahan seminggu. Selain itu, lempuk kering yang dijual di pasar kurang bersih.
"Biasanya, kalau yang dijual di pasar hanya tahan seminggu karena dikeringkan dengan cara dijemur. Lalu saya coba keringkan dengan oven, ternyata bisa tahan sampai satu tahu," terangnya.
Dulu, kata Isrina, ia sempat membina beberapa para penjual ikan lempuk yang biasa berjualan di pasar, agat menjual ikan lempuk dalam bentuk yang lebih menarik, dan lebih bersih. Pada 2008 para penjual di pasar menjual ikan lempuk basah yang belum diolah dengan harga Rp 5000 per kilo.
Setelah diolah, menjadi kering dan berbentuk kepingan bulat, ia beli Rp 250 per keping. Ikan lempuk yang baru melalui proses pengeringan lewat penjemuran itu, harus ia oven kembali sebelum digoreng dan dijual.
"Waktu tahun 2008 masih murah, harganya Rp 5000 per kilo. Satu kilo lempuk, bisa jadi 30 keping, atau Rp 7500. Jadi satu kilo mereka bisa mengambil untuk Rp 2500," terangnya.
Perempuan yang pernah mendapat Juara Ketiga Kategori Usaha Pemula Kelompok Makanan dan Minuman, Sampoerna Award 2013 ini menuturkan dari sepuluh penjual ikan lempuk, kini hanya tinggal satu orang. "Dulu ada sepuluh orang yang saya ajari (bina), namun kini tinggal satu orang yang masih konsisten," pungkasnya.
Selain membina para penjual ikan lempuk, ia juga mengajak para pembuat kerupuk di sekitar rumahnya untuk membuat rambak (kerupuk) lempuk. Bila biasanya rambak tanpa lempuk dijual dengan harga Rp 13.000, kini bisa dijual Rp 18.000 setelah dimodifikasi dengan tambahan ikan lempuk.
Ditangan Isrina, ikan lempuk mentah diolah menjadi beragam jenis oleh-oleh. Di antaranya, lempuk krispy, dan rambak lempuk. Untuk lempuk Crispy ia jual dengan harga Rp140.000 /1kg, sedangkan Rambak Lempuk Rp 45.000 /1kg, dan untuk Lempuk Kering per kota yang berisi 20 lembar (keping) dijual Rp 27.000.
Isrina mengatakan, saat ini oleh-oleh berbahan dasar ikan lempuk buatannya sudah banyak dikenal. Ia sudah kerap mengikuti pameran di beberapa daerah, di antaranyta Jakarta, Batam, Surabaya, bahkan pernah dipamerkan ke Malaysia.
Dalam sehari ia bisa menjual lempuk krisppy sebanyak 2 kg. Sedangkan rambak atau kerupuk lempuk dalam sehari bisa laku 5-6 kg, dan untuk lempuk kering dapat menjual 100 bungkus / perbulan. Isrina mengaku, banyak konsumen yang ingin membeli ikan lempuk dalam partai besar untuk dijual kembali.
"Dulu pernah ada orang dari Jepang, dia minta untuk dikirim 50kg per minggu lempuk kering. Tapi karena ikan lempuk dari para pengepul terbatas, saya nggak berani. Akhirnya saya tolak," terangnya.
Ia mengaku bila kemampuan produksinya masih terbatas, karena sulitnya mendapatkan ikan lempuk. Pada saat musim ikan lempuk, kemampuan produksinya hanya 500 lembar (keping) lempuk kering per hari atau seberat 3 kg sudah dalam bentuk kering. Jumlah produksinya berkurang apabila sedang tidak musim atau bahan sulit didapat.
Dia mengatakan, ikan lempuk banyak digemari karena memiliki rasa yang gurih dan tidak amis. Selain itu, berdasarkan uji lab yang pernah dilakukan oleh Universitas Brawijaya, ikan lempuk mengandung kadar protein hingga 57,599 persen.
"Kalau ikan teri kan amis dan asin, karena dari laut, jadi asin. Kalau ikan lempuk gurih, tidak terlalu asin. Cocok untuk lauk makan," jelasnya.
Ia menuturkan, dari para nelayan atau pencari ikan, ia membeli ikan lempuk yang masih basah seharga Rp 30.000/ kg pada saat sedang musim. Namun, pada saat tidak musim harga ikan lempuk basah bisa naik menjadi Rp 35.000 / kg.
Dikatakannya, musim ikan lempuk biasanya hanya terjadi empat bulan, setelah itu ikan lempuk agak sulit didapatkan. Empat bulan kemudian, ikan lempuk kembali mudah didapat atau musim kembali.
Pada saat musim, satu orang nelayan atau pencari ikan bisa mendapat 10 kg / hari, namun bila tidak sedang musim, 1 orang paling banyak hanya bisa mendapat 0,5 kg / hari.
"Musim lempuk biasanya pada waktu musim hujan.
Empat bulan musim, terus empat bulan berikutnya nggak ada, empat bulan kemudian ada, dan seterusnya," ucapnya.
Isrina menuturkan, kendala utama bisnis yang ditekuninya yaitu pada ketersediaan bahan. Ia khawatir, ikan lempuk akan punah dan susah untuk didapatkan apabila tidak ada perhatian dari pemerintah setempat. Dia bercerita, selain ikan lempuk, dulu ranu Grati banyak terdapat udang, ikan wader, dan ikan bekepek. Namun, kini sudah tidak dapat lagi ditemukan di ranu grati.
"Dulu di ranu Grati itu banyak udang kecil-kecil, ikan wader, bekepek, sekarang sudah tidak ada lagi," keluhnya.
Ia khawatir, ikan lempuk, yang menjadi sumber penghidupannya itu akan punah. Dirinya sendiri, sudah melakukan beberapa upaya agar habitat ikan lempuk di Ranu Grati tetap terjaga. Di antaranya dengan mengimbau kepada para pencari ikan agar tidak menggunakan setrum (listrik) untuk menangkap ikan. Selain itu, dirinya juga mengimbau kepada warga sekitar Ranu Grati untuk tida membuang sampah atau kotoran ke dalam danau.
Isrina menambahkan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupupaten Pasuruan sebenarnya sudah berusaha untuk membudidayakan ikan lempuk, namun hingga kini belum berhasil. Ikan endemik ini hanya bisa berkembang biak di habitat aslinya.
"Dulu, sudah pernah dibawa ke Danau Ranu Klakah, Lumjang, tapi tidak berhasil (berkembang biak)," imbuhnya.
Ia berharap, agar kelangsungan habitat ikan lempuk di Ranu Grati mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Selain itu, masyarakat di sekitar Ranu Grati juga diharapkan ikut menjaga ekosistem di Ranu Grati, yang kini telah tercemar. Sebab, olahan ikan Lempuk bisa merupakan ikon atau oleh-oleh khas yang bisa dibawa para wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Ranu Grati, Kabupaten Pasuruan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar